Sabtu, 16 November 2019

KEPEMIMPINAN SANG GURU

KEPEMIMPINAN SANG GURU 
Oleh : Freddyansyah Sugiarto

Apakah kepemimpinan itu bakat yang dibawa sejak lahir atau diciptakan melalui proses pembelajaran? Perdebatan tersebut sebenarnya sudah berakhir dengan kesimpulan bahwa seorang pemimpin harus diciptakan melalui proses pembelajaran, pelatihan, atau pendidikan. Kesimpulan itu punya dalih sangat kuat termasuk salah satunya berupa The Law of Universe bahwa setiap orang akan dinobatkan menjadi pemimpin terlepas ia siap atau tidak siap.

Setiap orang ditakdirkan menjadi pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup dimana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas.

Seberat apapun tugas sebagai pemimpin,  terlepas dari formal - non formalnya atau skala besar - kecilnya, maka yang perlu  dilakukan adalah menciptakan persiapan sempurna menjelang peluang menjadi pemimpin datang. Persiapan adalah bagian dari solusi mental sebelum solusi konkrit harus dilakukan. Bahkan seringkali peluang apapun baru bisa didapatkan setelah memiliki persiapan mental yang layak untuk menerimanya.  Sayangnya bagi sebagain besar individu terkadang justru peluang yang dikejar habis-habisan sementara  persiapan mental tidak dilakukan. Contoh kecil misalnya saja dalam pernikahan. Kenyataannya, faktor yang menjadi tolak ukur bagi suatu pernikahan bukanlah usia atau materi meskipun keduanya  syarat mutlak, tetapi lebih itu adalah persiapan untuk menerima moment tersebut.

Menyangkut masalah persiapan maka pilihan sepenuhnya berada di bawah kontrol; apakah sudah mempersiapkan diri sebagai pemimpin atau sama sekali tidak mempersiapkannya. Moment tersebut akan menjemput anda dan konsekuensinya tergantung dari pilihan yang anda ciptakan. Karena kepemimpinan hidup berupa achievement, bukan gift, maka yang perlu dipersiapkan adalah melakukan perbaikan kepemimpinan dari dalam diri.

Pun dalam proses pembelajaran disekolah, salah satu hal penting yang bisa diasah disekolah adalah softskill, dan guru menjadi media penting untuk membentuk softskill siswa disekolah. 

Guru. Digugu dan ditiru, falsafah ini demikian akrab dalam diri kita. Mengingat seorang murid akan demikian mudah mengidentifikasi segala perilaku dan kebiasaan seorang guru. Guru (guru dirumah/ orang tua, guru di sekolah formal maupun non formal) mengemban tugas mulia, yaitu mendidik dan membina para murid untuk menjadi  anak-anak yang pandai, bermoral tinggi dan berakhlaq mulia. 

Sehingga seorang guru bukan hanya  bertugas mentransfer ilmu untuk menjadikan murid-muridnya hapal dan mengerti materi pelajaran yang diberikan, namun seorang guru juga harus mampu melakukan transfer nilai untuk menjadikan murid-muridnya insan-insan mulia.

Kepemimpinan diri sang guru adalah, bagaimana pribadi ini dapat mempersiapkan segalanya sejak dini dalam  membentuk karakter dan menjadikanya istimewa. Mengajarkan kepemimpinan hidup, secara pengetahuan maupun karakter kepada anak-anak dan generasi muda dapat dicerminkan dalam esensi nilai agama dan pancasila. Langkah nyata untuk menjadikan anak-anak dan generasi muda istimewa dengan mendorong anak untuk terus berprestasi sesuai potensi yang dimilki sehingga mereka menjadi anak anak yang istimewa. Dengan menjadikanya istimewa anak anak mempunyai kebanggaan diri, terus berkompetisi kearah yang positif dan mampu berkontribusi lebih untuk membawa sekolah, negara ke pentas yang lebih tinggi.

Guru sebagai teman berproses dengan anak didik memiliki tujuan Robbani. Berusaha mengantarkan anak didiknya kepada tujuan agung, melakukan segala perbuatan berdasarkan atas keinginan untuk mencapai ridho Allah, bukan hanya untuk mengejar nilai nominal yang diberikan guru. Sehingga seorang murid akan menjadi sadar, bahwa mencari ilmu bukanlah sekedar untuk memperoleh nilai tinggi, tetapi mencari ilmu adalah salah satu tugas mulia. Yaitu menunaikan kewajiban agama. “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan”. 

Robb, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kepada kami kekuatan 
untuk mengikutinya. Dan tunjukkan pula kepada kami yang bathil itu bathil, dan 
berikanlah kepada kami kekuatan untuk menjauhinya. Aamiin. Wallahu 'a’laam bishshowwab. 

Selamat hari guru, Saya Insan Cendikia untuk generasi lebih baik. 

#akuinsancendekia
#hariguruICBS

Warm Regards,
Freddyansyah Sugiarto

Kamis, 22 Januari 2015

Surat Cinta Untuk Pak SBY

Re-post on Facebook........


Mungkin Bapak tidak pernah mengenal kami,
tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengenal
Bapak. Kami selalu mengikuti sepak terjang yang dilakukan Bapak. Anggap saja sepenggal kata cinta yang kami sampaikan ini menjadi perwakilan dari sekian juta pemuda Indonesia

Kami bukan anak muda yang pandai merangkai
kata atau pun membahasakan selaksa
peristiwa melalui pena. Kami hanya berusaha
berbagi apa yang kami pikirkan, apa yang kami
amati, dan apa yang kami rasakan

Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang
mengharukan, tapi, apakah kami harus ikut
haru? Bukankah kami akan menyambut hal
yang baru untuk negeri ini? Ah, tetap saja,
semua basa basi ini terkesan sulit. Didepan
sana, ada pengganti bapak yang juga dipilih
oleh lebih dari 50 persen rakyat Indonesia.
Namun, hati kami tetap saja sulit melepaskan
semua kenangan yang bapak torehkan pada
negeri ini

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami semua Rakyat Indonesia tau bahwa lebih
dari separuh dari usiamu kau abdikan untuk
Ibu Pertiwi. Sepuluh tahun kau mengabdi
menjadi pelayan kami yang mengayomi dan
melindungi kami dengan sepenuh hati.
Loyalitas, perjuangan dan ketulusanmu tak
perlu diragukan. Kapanpun, dimanapun dan
dalam keadaan yang bagaimanapun engkau
senantiasa mengabdi dengan sepenuh hati. Ini
membuat kami tetap simpati dan percaya
bahwa Bapak masih menjadi yang terbaik bagi
negeri ini.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami akui, kau kuat di segala hal. Disela - sela
kesibukan dalam keseharianku, tak sedikit
kulihat dari mereka mencaci dan menghujatmu.
Aku tau kau mendengarkan. Aku juga tau kau
merasakan. Sebagai seorang manusia biasa,
aku juga paham kalo kau marah akan hal - hal
itu. Tapi kau memilih diam Presidenku, kau
memilih diam dan memendam semuanya.

Walau kutau dihatimu yang paling dalam pasti
tersimpan amarah, kesedihan bahkan tangisan
yang tak semua orang bisa merasakan apalagi
mendengarnya. Namun disaat hatimu sedang
miris, seorang malaikat seolah selalu
menguatkanmu dan selalu berkata “Hey Kau,
mereka menghujatmu, mereka juga mencacimu.
Tetapi mereka sangat membutuhkanmu. 
Apakah engkau ingin membiarkan mereka
kelaparan, kehausan dan kedinginan? Mereka
membutuhkan ketulusan hatimu untuk terus
membuktikan bahwa engkau akan selalu ada
untuk mereka”. Disaat itulah engkau sadar
bahkan lupa akan kebutuhan pribadimu. Tak
teratur makan, tak cukup tidur, tak pernah
berbagi waktu untuk keluarga hanya karena
ingin melihat rakyatmu tertawa dan senang.
Sekali lagi, kami bangga padamu.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Maafkan kami jika kami hanya bisa menghujat
tanpa memberi solusi yang tepat. Maafkan
kami jika kami hanya bisa mengkritik tanpa
aksi. Maafkan kami jika kami hanya bisa
menggunjingkanmu di warung-warung kopi
tanpa pernah turut bergerak untuk membangun
negeri ini. Kami sadar, bahwa seorang
pemimpin bangsa tak akan pernah bisa
menyenangkan hati seluruh rakyatnya. Kami
sadar bahwa bapak punya keterbatasan seperti
halnya manusia biasa. Kami sadar bahwa
bapak bukanlah dewa yang bisa
mensejahterakan negeri ini dalam hitungan jari.
Sepuluh tahun sudah bapak mengabdi untuk
kami, kami benar-benar melihat negeri ini
berubah menjadi lebih baik.

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,

terimakasih sudah memimpin Indonesia selama
satu dekade. Meskipun dengan berat hati, kami
harus merelakan bapak untuk pergi. Namun,
kami percaya bahwa bapak akan terus
mengabdi pada negeri ini dengan berjuta cara
lain. Pengabdian bapak akan terus menjadi
kenangan indah bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih atas segala perjuanganmu
terhadap bangsa ini. Selamat purna tugas
Jenderal Besar. Semoga Bapak dan keluarga
selalu dalam lindungan Allah SWT.


#TerimakasihSBY

Ini Masa Kecil Ku, Pasukan Pantang Pulang Sebelum Maghrib!




Nostalgia Pagi By Me, (inspirasi lihat gambar di tweet, jadilah cerita)


Sore itu hujan. Teringat masa kecil bersama sahabat-sahabat kecil dulu, dimana hujan adalah alarm untuk bersuka cita dan bergembira.Sebutlah hujan-hujanan, dimana kita esoknya demam menggigil, dimarahi orang tua, dan tidak masuk sekolah karena flu. Cuma obat dan teh hangat teman setelah kejadian itu.Tak ada rasa menyesal. Malah rasa ingin mengulanginya semakin membesar. 

Iya, tawa lepas sore itu. Mungkin, masa kecilku seperti foto ini. Dimana tak mungkin waktu itu aku mem-foto kejadian ketika hujan-hujanan, waktu itu. Mengingat, dulu, aku lebih sering menghabiskan waktu di dunia nyata, daripada dunia maya. 

Atau mungkin, waktu itu memang belum ada dunia maya? 

Entahlah… 

Waktu itu aku tak peduli dunia maya. 

Dan dimana, hujan sudah reda, kita kembali ke rumah dengan rasa was-was, mama pasti sudah menunggu di depan pintu rumah. 

“Gak ada masa yang lebih keren, daripada masa kecil; masa tanpa kemunafikan”. 

Yoaaaaaa! Sebut saja kami: Pasukan pantang pulang sebelum maghrib. 

Entah, tradisi atau semacam kebiasaan, adzhan maghrib adalah bel kembali ke rumah, tak kenal apa agamamu, tak kenal apa warna kulitmu, tak kenal dari mana asalmu. 

Aku rindu masa-masa kecil dulu. Masa-masa yang telah lama aku tinggalkan. Masa kecil yang penuh kenangan, menyenangkan, karena yang menyakitkan tak pernah mau ku kenang, atau memang sebenarnya tak ada yang menyakitkan. 

Bertempat tinggal di desa, membuatku, mempunyai banyak sekali teman sepermainan waktu itu. Tentunya, teman tanpa rekayasa, gak seperti jaman sekarang, kebanyakan teman udah kayak sinetron, penuh rekayasa. 

12:00 WIB. Bel pulang sekolah berbunyi. 

Berarti. It’s time to rock!! 

“Maem dulu baru maen,” kata Mama, waktu itu. 

“Ya maaaaaaaaaaaa,” jawabku, sambil mengambil nasi ke piring, sengaja kutuangkan sedikit, agar dikiranya itu adalah sisa makanan yang baru aku makan. Males makan. Kehilangan semenit aja jam main itu kalo jaman sekarang kayak udah kek seharian gak buka Twitter or facebook. 

Tanpa sebuah komunikasi lewat handphone apalagi dunia maya, kita berkumpul dengan lengkap. Aneh. Tapi ini pernah kita alami. Tanpa handphone kita tetap manusia paling bahagia. 

Tempat bermain kita gak netep, kita punya banyak lahan untuk bermain. Bermain bola tanpa garis batas itu hal biasa yang kita lakukan, mengingat berhektar-hektar lahan kosong, di desa kita. 

Sedih, rasanya, sekarang tempat tanpa kemunafikan itu sekarang sudah berbentuk beton. Ketika uang bisa membeli alam. Remaja sekarang lebih memilih merasa hijau karena uang bukan karena Alam. Padahal alam menyajikan apa yang gak bisa dibeli dengan uang. 

Hampir tiap hari, aku bermain dengan teman-teman kampungku. Mereka ada banyak sekali. Kadang mereka membuatku tertawa, kadang menangis. Tapi semuanya bagiku indah, semua yang aku lakukan bersama teman-teman kampungku. Tak ada sedikit pun rasa dendam waktu itu. kami juga suka menyatu dengan alam, dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Meski siang-siang, terik matahari, panas, kami tak peduli. Kami adalah sahabat matahari, tak ada yang perlu di takuti. 

Lahan sawah yang habis di panen, serta habis diguyur air hujan juga tempat favorit kita untuk bermain. Membentuk semacam danau. Yakali danau. Tepatnya, semacam got berukuran besar. Pulang dengan gatal-gatal, dan baju putih yang memudar. Dan sebuah omelan. Hal itu sangat menyenangkan 

Dengan bumbu pisang dan daun-daun tanaman. Berlagak kek Chef Juna, padahal kek tukang pecel lele. Anak-anak mengosrang-ngosreng masakan, diatas wajan tanah liat. Bagi ane, mancing mania mah, gak ada kerennya. Mereka Cuma mancing, terus dapet ikan gede, terus dikembaliin. Kita! Nyebur kali, terjun langsung ke lapangan (makanya kita-kita cocok jadi pejabat, uhuk.), tanpa mengenal gatal, tanpa mengenal campur air kencing orang, sampe ‘pup’ pun kita terjang. Masa kecil tak terlupakan. 

Ane malah kasian sama anak kecil jaman sekarang, yang masih kecil, tapi udah di kasih gadget, gak ada kerennya sama sekali. Mereka berhak berkeringat, mereka berhak berteman dengan alam, mereka berhak tertawa bersama di tanah lapang bersama burung-burung perkutut. 

Semua permainan mereka udah tersedia di gadget, tinggal nunggu waktu aja, apakah permainan petak umpet, permainan-nya juga ngikut ngumpet? 

Jaman udah berubah, kasian anak kecil jaman sekarang yang banyak makan lagu cinta, bukannya makan kasih sayang. Kemaren, ngeliat ada anak kecil di TV yang sangat histeris sampai nangis karena pengin ketemu Coboy Junior? Aneh, hal yang tidak pernah ane alami waktu kecil dulu dan gak akan pernah mau. Masa kecil ane dulu di obok-obok, bukan di eaaa-eaaaa. 

Sedikit meme yang mungkin bisa ngingetin kita sama masa kecil: 

Dan akhirnya, tulisan ini hanyalah sebuah nostalgia, dimana gak mungkin kita balik ke masa lalu, kecuali reinkarnasi. Masa kecil memang menyenangkan, tetapi.. masa depan harus jauh lebih menyenangkan. Hidup cuma sekali. Sekali aja. Kalo mau tambah, ke rental PS aja..